Jemari tangan Benny Yazidul Umam sibuk membuat lubang pada
kaleng bekas rokok dengan solder panas. Minimal dia harus membuat tiga
lubang di kaleng tersebut agar bisa dipasangi kabel untuk mengaliri
listrik.
Pengetahuannya dalam bidang listrik, membuat Benny bisa
‘’mengatur’’ tegangan yang mengalir ke kaleng bekas tersebut. Komponen
kabel itu dibuat sederhana mungkin agar tidak mengalirkan listrik secara
penuh.
Setelah itu, dia mengetes adanya aliran dengan mencolokkan kabel ke
stop kontak. “Beruntungnya tegangan yang dibutuhkan tidak terlalu
tinggi, berarti siap untuk digunakan,” ujarnya.Benny dikenal cukup kreatif di sekolahnya. Salah satu aktivitasnya, mengikuti ektrakulikuler karya ilmiah. Bersama kelompok karya ilmiahnya, Purwita Wahyu Dwiyana dan Cyndy Lovitasari, dia ingin ada sebuah karya sebelum lulus sekolah.
Kaleng bekas itu hasil pengamatannya terhadap barang - barang di sekelilingnya yang tidak terpakai. Kaleng itu tidak laku dijual. Jika dikubur, maka kaleng tersebut sulit terurai.
Akibatnya, memengaruhi kesuburan tanah. Kaleng dengan komposisi bahan kimia tinggi juga berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
Setelah menemukan obyek benda, Benny belum tahu sebaiknya dimanfaatkan untuk apa kaleng tersebut. Saat pulang ke asrama, dia terus memutar otak mencari ide untuk melanjutkan temuan kaleng bekas itu. Ide belum ketemu, Benny tertidur.
Saat pertengahan tidur, dia terganggu dengan gigitan nyamuk. Benny terbangun. Muncul rasa dongkol dan ingin memusnahkan nyamuk tersebut.
Dia tidak bisa berbuat banyak karena kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk menghisap terlalu sering obat nyamuk bakar.
“Jadi dibiarkan dulu, sambil diusir menggunakan kain,” tutur pelajar kelas XII IPA SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan tersebut.
Keesokan harinya, Benny menceritakan kejadian menjengkelkannya kepada kedua sahabatnya. “Kita buat aja obat pengusir nyamuk ramah lingkungan,” celetuk Cindy.
Purwita menanggapi serius ungkapan sahabatnya tersebut. Segera diambil ponselnya untuk mencari bahan paling ditakuti oleh nyamuk.
Kemudian, mereka bergegas ke perpustakaan untuk memastikan keabsahan artikel melalui buku - buku. Hasilnya, bunga lavender, daun pandan, dan daun serai bisa mengusir nyamuk. Ketiga bahan tersebut menghasilkan bau yang ditakuti nyamuk.
Daun tersebut dipilih yang sudah tua. Selanjutnya, dikeringkan dengan memanfaatkan sinar matahari. Butuh waktu hingga lima hari untuk mengeringkan daun – daun tersebut dengan menggunakan sinar matahari.
Jika ingin tidak bergantung matahari, maka bisa menggunakan oven. Waktu pengeringannya sekitar 12 jam. Sebab, daun tersebut harus benar-benar kering. Setelah itu, dihaluskan.
Daun tersebut lalu dimasukkan pada kaleng rokok yang berfungsi sebagai tungku pemanas dengan memanfaatkan aliran listrik. Dari proses ini, keluarlah asap untuk membunuh nyamuk. “Asap itulah temuan terbaru tanpa harus merogoh kocek dalam,” ujarnya.
“Kalau dibakar pakai api berbahaya, asap dihasilkan juga tidak bagus,” imbuh Benny.
Untuk membuat rekayasa obat nyamuk elektrik tadi, Benny dkk hanya mengeluarkan modal Rp 10 ribu. Kaleng bekas rokok banyak ditemukan di tempat sampah. Sedangkan daun - daun yang dibutuhkan bisa dipetik di pekarangan rumah.
Karya tersebut dihasilkan setelah Benny dkk mencari artikel tentang obat pengusir nyamuk ramah lingkungan. Seluruh proses dalam buku dibaca, lalu diterapkan dengan mencari bahan-bahan ramah lingkungan tersebut.
Latar belakang dan rumusan masalah kemudian disodorkan kepada guru pembimbing KKI. Setelah dibaca seluruh proses dan keuntungannya, Fitro Adi Cahyo, guru mereka, bersedia mendampingi. Proses penelitian itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan.
“Alhamdulillah berhasil dibuat karya ilmiah obat pengusir nyamuk ramah lingkungan E-Jannah,” ujar guru pembinanya.
Benny dkk sebelumnya merasa kesulitan untuk menemukan ide penelitian. Apalagi, pikiran mereka terbagi untuk menghadapi ujian nasional. Karena kecintaannya pada dunia penelitian, mereka bekerja keras berusaha menemukan ide kreatifnya.
Setelah itu, kelompok ini mulai aktif berselancar untuk menggali informasi dalam pengembangan karyanya. Mereka menemukan informasi bahwa Unair Surabaya menjaring anak muda berbakat untuk mengembangkan suatu bisnis.
Benny dkk menyodorkan proposal beserta kajiannya untuk diikutkan lomba. Mereka berkirim proposal dan harus bersaing dengan 200 kelompok lainnya.
Ternyata mereka bisa masuk 50 besar, 45 dari kelompok mahasiswa dan 5 dari SMA dalam Jambore Pengusaha Muda Indonesia tersebut. Benny dkk diharuskan mengikuti presentasi, 11 Februari lalu.
Sehari kemudian, pengumuman pemenangnya. “Alhamdulillahnya, kita mendapatkan juara satu menyisihkan kelompok dari Unair dan Telkom Bandung,” ujar Fitro.
Benny dkk memiliki cita-cita untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan karyanya tersebut. Dengan modal Rp 10 ribu, maka bisa meraup keuntungan sekitar Rp 28 ribu.
“Karena bahannya kaleng bekas dan kabel yang tidak mahal kalau dihitung,” tuturnya.